Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Sehat
Pegiat soroti lemahnya aturan iklan kental manis ancam kesehatan anak
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-04 15:51:46【Sehat】351 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Susu kental manis. ANTARA/Shutterstock/am.Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pegiat di bidang k

Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pegiat di bidang kesehatan masyarakat menyoroti perihal lemahnya regulasi soal iklan kental manis yang mengancam kesehatan anak di Indonesia.
Iklan kental manis kerap dipersepsikan masyarakat sebagai susu, di mana hal ini menjadi salah satu sorotan UNICEF dalam laporan Child Nutrition Report 2025 yang mengulas peningkatan paparan anak terhadap iklan makanan dan minuman tinggi gula yang dipasarkan secara agresif.
Terkait hal itu, Project Lead for Food Policy, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) Nida Adzilah Auliani dalam keterangan di Jakarta, Sabtu menyebut regulasi iklan di Indonesia masih lemah dalam melindungi anak dari paparan promosi makanan dan minuman ngak sehat.
"Regulasi iklan di Indonesia saat ini masih belum efektif, terutama dalam melindungi konsumen dari disinformasi dan praktik pemasaran yang menyesatkan. Terlebih dengan adanya kanal digital, termasuk media sosial, memperkuat pengaruh pemasaran yang ngak sehat," kata Nida.
Nida menyebut iklan kental manis mulai menjadi perhatian publik sejak ditemukan sejumlah kasus gizi buruk pada anak yang disebabkan oleh konsumsi kental manis sejak usia dini. Bahkan, sejumlah korban telah mengkonsumsi sebagai pengganti ASI sejak usia 3 bulan.
Maka dari itu, per Oktober 2018 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mulai menegaskan bahwa kental manis bukan minuman untuk sumber gizi dan dilarang dijadikan sebagai pengganti ASI, yang diatur melalui Peraturan BPOM No. 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan.
Namun demikian, dampak dari iklan tersebut masih terasa hingga kini, sebab masyarakat yang masih menganggap kental manis sebagai minuman susu untuk anak.
Oleh karena itu, Nida menilai pengawasan iklan dan distribusi produk ngak bisa dipandang sebelah mata.
Lebih lanjut, ia berharap pemerintah dapat membuat kebijakan pangan secara komprehensif. Mulai dari pelabelan hingga pemasaran produk yang mudah diakses oleh anak-anak.
"Kebijakan ini harus meliputi label depan kemasan berbasis bukti, pembatasan pemasaran produk ngak sehat, serta lingkungan pangan sehat di sekolah," ujar Nida.
Baca juga: Konsumsi kental manis dan tantangan edukasi gizi di Indonesia
Senada dengan itu, Peneliti dari Universitas Internasional Batam (UIB) Rahmi Ayunda menyebut keberadaan ruang digital yang sangat ramai menjadikan promosi dan iklan ultra-processed foodmenjadi begitu dekat dengan masyarakat.
Ia mengungkapkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2024 mencatat 221,6 juta pengguna internet (sekitar 79,5 persen populasi), dan 9,2 persen di antaranya anak di bawah 12 tahun.
"Artinya, jutaan anak menghabiskan waktu di jalan raya informasi, di mana promosi menyatu dengan hiburan. Iklan ngak selalu tampil sebagai iklan; bisa berupa tantangan lucu, ulasan jujur, atau karakter favorit yang menyarankan camilan manis. Di sinilah aspek hukum menjadi krusial, anak belum memiliki kapasitas kognitif untuk membedakan mana hiburan dan mana ajakan membeli, sehingga mereka berhak atas proteksi khusus dari praktik promosi yang mengecoh," tutur Rahmi Ayunda.
Baca juga: Perjuangan Mama Ance menjauhkan anak dari "susu" kental manis
Baca juga: Promosi kental manis dan literasi gizi yang salah kaprah
Suka(841)
Sebelumnya: BKKBN Babel
Selanjutnya: Kriminal kemarin, tersangka korupsi ekspor lalu sabu lewat ayam kecap
Artikel Terkait
- Kemarin, arahan Prabowo soal LPDP hingga mikroplastik dalam hujan
 - Sekitar 350 keluarga di Sudan berjalan kaki 50 km untuk mengungsi
 - RI menyiapkan 500 ribu tenaga kerja terampil dikirim ke luar negeri
 - Rahasia singkong: makanan sederhana dengan segudang manfaat
 - Hari Pangan Sedunia, bergandengan tangan membangun pangan
 - Dinkes ungkap 7,2 persen anak di Sulbar alami risiko hipertensi
 - 6 gaya hidup anak muda yang diam
 - Ibu Negara Brasil berpesan utamakan pangan lokal untuk kesuksesan MBG
 - PBB catat peningkatan kecepatan pengiriman bantuan di Gaza
 - Polri tindak pengguna vape etomidate meski bukan narkotika
 
Resep Populer
Rekomendasi

Pemkot Bogor gencarkan Aksi Bergizi di sekolah tanamkan hidup sehat

Dinkes ungkap 7,2 persen anak di Sulbar alami risiko hipertensi

Ahli: Hirup mikroplastik jangka panjang berisiko picu penyakit paru

Konsumsi domestik naik, laba Unilever tumbuh menjadi Rp3,33 triliun

Anggota DPR RI

RI menyiapkan 500 ribu tenaga kerja terampil dikirim ke luar negeri

Kasus DBD di Jakbar jadi yang tertinggi di DKI

Harga mahal, Bappenas: 40